Sebuah penelitian dilakukan di Oxford University and the Institute for Social and Economic Research (ISER), Inggris, menggandeng 14.000 anak sebagai responden penelitian. 10.000 anak tersebut adalah mereka yang sejak bayi diberi ASI eksklusif oleh ibunya, sedangkan 4.000 anak sisanya adalah yang mengonsumsi susu formula sejak bayi.
Responden kemudian dipisahkan berdasarkan kelas sosial dan ekonominya, hal ini dilakukan untuk meneliti apakah ASI akan membuat perbedaan bagi perkembangan otak bayi, sekalipun berasal dari kelas sosial berbeda. Usia respondenpun dipilih, dari anak-anak yang lahir sekitar tahun 1991-1992.
Setelah dites, anak-anak yang diberi ASI eksklusif sejak bayi, memiliki IQ rata-rata di grade 3 - 5, lebih tinggi ketimbang mereka yang sejak bayi minum susu formula. "Tentu saja kami tidak terkejut akan hasil ini, tetapi bagaimanapun, penelitian yang detail dan mendalam tetap harus kami lakukan," ungkap Dr. Maria Lacovou, kepala penelitian, seperti dilansir oleh ninemsn.
Sebenarnya penelitian sejenis juga sudah pernah digelar di universitas lainnya. Hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Di Australia, anak-anak yang yang saat bayi diberi ASI eksklusif minimal selama 6 bulan, memiliki skor matematika, membaca, dan mengeja yang lebih tinggi daripada yang mengonsumsi sufor (susu formula), sekalipun berasal dari kelas sosial yang berbeda.
Mengetahui hasil yang demikian, Australia kemudian menggencarkan kampanye ASI eksklusif, dan sekitar 84% bayi saat ini diberikan asi eksklusif oleh ibunya, seperti dikatakan oleh Australian Breastfeeding Association.
Hingga saat ini, di seluruh dunia digencarkan kampanye ASI eksklusif. WHO, menyarankan agar ibu tetap memberikan ASI eksklusif setidaknya hingga bayi berusia 6 bulan. Akan lebih baik lagi hasilnya, bila bayi diberi ASI hingga usianya 2 tahun